Sabtu, 27 April 2024
Beberapa bulan itu memiliki ibadahnya sendiri-sendiri, seperti Ramadan yang di dalamnya khusus untuk puasa Ramadhan, pun sama dengan bulan syawal, di dalamnya ada kesunnahan puasa 6 hari syawal.
Dan hari ini kita telah memasuki bulan syawal yang mungkin tersisa setengahnya lagi, maka bersegera untuk berpuasa sunnah 6 hari syawal itu adalah sebuah kebaikan. Namun, seringkali muncul pertanyaan dan persoalan, perihal apakah boleh jika puasa sunnah digabung dengan puasa wajib? Dalam arti, jika puasa qadha Ramadhan di bulan syawal apakah boleh digabung dengan puasa syawal?
Namun, sebelum membahas mengenai hukum menggabungkan dua ibadah, ada baiknya untuk mengetahui jenis ibadah secara tujuan dan maksudnya.
Jenis-jenis Ibadah
Ibadah itu secara tujuan dan maksudnya dibagi menjadi 2 yaitu,
1. Ibadah Maqsudah
Pertama, maqshudun lidzatiha yaitu ibadah yang bersifat (ibadah yang independen dan harus dilakukan), seperti shalat rawatib.
2. Ibadah Ghair Maqshudah
Kedua, Ghairu maqsudah lidzatiha (tidak independen/yang penting melaksanakan ibadah). Biasa dicontohkan dengan shalat tahiyatul masjid, shalat ini ghoiru maqsudah lidzatiha.
Kedua jenis ibadah ini akan berbeda pula ketentuan hukum fikihnya. Pembagian jenis ibadah ini telah disampaikan oleh para ulama, salah satunya adalah syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam buku qowaidnya:
إذا اجتمعت عبادتان من جنس واحد تداخلت أفعالهما واكتفي عنهما بفعل واحد إذا كان المقصود واحدا
"Apabila dua Ibadah yang sejenis berkumpul dan ada kemiripan dalam tatacara, maka pelaksanaannya digabung dan cukup dengan melaksanakan salah satunya jika keduanya mempunyai maksudnya yang sama".¹
Secara ketentuan fiqihnya bahwa ibadah sunnah maqsudah maka tidak boleh digabung sama wajib, sedangkan ghairu maqsudah boleh digabung dengan wajib.
Bolehkah Puasa Syawal dan Qadha Ramadhan Digabung?
Dari penjelasan jenis ibadah di atas maka jika puasa syawal itu maqshudah maka tidak boleh digabung dengan qadha, tapi bagi yang menganggap itu bukan maqshudah boleh digabung dengan qadha.
Pendapat kalangan madzhab Syafi’i menganggap bahwa puasa syawal itu boleh digabung dengan puasa wajib semisal qodhi, karana puasa syawal masuk kepada kategori ibadah sunnah ghair maqshudah.
Hal ini yang kemudian menjadi salah satu landasan kebolehan dalam madzhab syafii. Seperti yang disampaikan oleh syaikh sayyid Abdurrahman Ba'alawiy perihal perbedaan pendapat ini.
(مشألة: ك) ظَاهِرُ حَدِيْث "وَأَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ" وغَيْرِهِ مِنَ الأَحَادِيْثِ عَدَمُ حُصُولِ السِّتِّ إذَا نَوَاهَا مَعَ قَضَاء رَمَضانَ , لكِنْ صَرَّحَ ابنُ حَجَرٍ بِحُصُولِ أَصْلِ الثَّوَابِ لِإِكْمَالِهِ إِذَا نَوَاهَا كَغَيْرِهَا مِنْ عَرَفَةَ وعَاشُوراء, بَلْ رَجَّحَ (م ر) حُصُول أصْلِ ثَوَابِ سَائِر التَّطَوُّعَاتِ مَعَ الفَرْضِ وإنْ لَمْ يَنْوِهَا, مَلَم يُصَّرفْهُ صَارِفٌ , كَأَن قَضى رَمَضَانَ في شَوَّالٍ, وقَصَدَ قَضَاء السِّتِّ مِنْ ذِي الْقَعْدَةِ, ويُشَنُّ صَومُ السِّتِّ وإنْ أفْطَرَ رَمَضَانَ اهز قلت: واعتمد أبُو مخرمة تَبعًا للشنهودي عَدَم حُصُوْلِ وَاحِدٍ مِنْهَا إذَا نَوَاهَا مَعًا , كَمَا لَوْ نَوى الظُّهْرَ وسُنَّتَهَا, بَلْ رَجَّحَ أَبُو مَخرَمة عَدَمَ صِحَّةِ صَوْمِ السِّتِّ لِمَنْ عَلَيْهِ قَضاءُ رَمَضَأنَ مُطْلَقًا
Jika dirangkum penjelasan di atas, maka ada tiga pendapat tentang masalah ini:
- Menurut Ibnu Hajar, orang yang mengqadha puasa bisa mendapat pahala puasa sunnah syawal dengan syarat diniatkan juga puasa Syawal tersebut.
- Menurut Imam Romli, orang yang mengqadha puasa di bulan Syawal bisa mendapat pahala sunnah Syawal meskipun tidak berniat. Maksudnya, ia hanya berniat mengqadha saja tanpa berniat puasa Syawal.
- Menurut Abu Makhramah puasa qadha tidak bisa digabung dengan puasa Syawal.
Dari penjelasan ini, kita tidak bisa mengingkari perbedaan pendapat ulama mengenai sah atau tidaknya menggabungkan puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunah Syawal. Jika disimpulkan, menggabungkan dua puasa ini sah. Akan tetapi, lebih baik jika orang memiliki tanggungan puasa qadha Ramadhan itu membayar terlebih dahulu puasanya.
Akan tetapi, konsekuensi dari menggabungkan puasa qadha dengan puasa syawal adalah bahwa pahala puasa qodho dan syawalnya tidak akan sempurna.
Demikian penjelasan mengenai penggabungan puasa Syawal dengan qadha Ramadhan. Semoga Allah berikan kita, taufik dan hidayah untuk kita bisa berpuasa sunnah syawal ini ataupun membayar hutang jika memilikinya
Selain puasa Syawal, umat Muslim dapat melaksanakan ibadah sunnah lain di bulan Syawal yaitu umroh. Sahabat yang ingin umroh di bulan Syawal, dapat melaksanakan ibadah bersama Jejak Imani. Paket umroh di Jejak Imani memiliki beragam tanggal keberangkatan yang insya Allah dapat menyesuaikan dengan jadwal kosong para calon jemaah
Sahabat juga dapat melaksanakan ibadah haji dan napak tilas maqom para Rasul dengan wisata halal di Jejak Imani. Jadi tunggu apalagi segera tanya dulu, konsultasi gratis dengan tim Jejak Imani.
Wallahu A'lam bisshowab.
¹القواعد والأصول الجامعة والفروق والتقاسيم البديعة النافعة, عبد الرحمن السعدي، (القاهرة: العربية السعودية، د.ط، ١٩٥٦م)، ص ٢٠٨
480x
Bagikan:
Artikel Lainnya
Rabu, 3 April 2024
Masih Bekerja di Bulan Ramadhan, Mungkinkah Mendapat Lailatul Qadar?
Mustahil bisa mendapatkan keberkahan, jika tidak mengejar dengan beramal kebaikan. Pun sama halnya dengan malam terbaik "Lailatul Qadar", ti...
Senin, 4 Maret 2024
Bagaimana Hukum Puasa Ramadhan Bagi Ibu Hamil dan Menyusui?
Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap umat Muslim. Namun bagaimana dengan Ibu yang setiap tahun hamil dan menyusui, bolehkah tidak berpu...
Selasa, 1 Oktober 2024
Tata Cara Wudhu Bagi Muslimah di Tempat Terbuka
Membasuh tangan dan kaki serta mengusap kepala adalah bagian dari rukun wudhu. Anggota-anggota t...
Senin, 26 Februari 2024
Ikuti Tips Umroh Pada Bulan Ramadhan 2024 dari Jejak Imani!
Melaksanakan umroh di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan di bagian pahala. Bukan hanya pahala yang serupa melaksanakan ibadah haji, melain...